Laman

Selasa, 21 Februari 2012

20-02, 2012

Siapa bilang aku tidak bisa tersenyum saat harus memunguti sisa hatiku, bagi orang lain luka mengoyak jiwa tapi bagiku luka membunuh diriku secara perlahan, menghilangkan semua senyuman dan mematikan nyala obor dalam nadi darahku. Mungkin aku ingin bumi terbelah dan menelan tubuh ringkihku dalam sekali langkah, tapi bahkan cacing tanah sepakat menolak pada dewa bumi untuk melakukan itu dan membiarkan diriku menata kembali puzzle berwarna merah darah dengan bentuk serpihan tak bertauran itu menjadi utuh kembali. Tanganku berlumur merah tua mengembalikan hatiku walau menghilangkan sebagian kecil diantaranya. Terbakar dalam api cemburu kehancuran.
Matahari berwarna jingga mendekati malam, meninggalkan sisa sinarnya membawa tenggelam semangat perempuan muda dengan harapan setinggi bintang. Tak ada lagi bintang dengan sinar biru terang panas di atas sana, gravitasi menariknya begitu kuat untuk melewati sakitnya di hancurkan lapisan atmosfer. Menyisakan sebutir kecil sebesar kelereng berwarna hitam pekat untuk jatuh ke dasar lautan bersama sengatan Baracuda dalam bangkai kapal karam masa lalu. Hilang bersama seluruh kebangaan karena Raja Neptunus menginginkannya menjadi bagian kehidupan penuh misteri lautan.
Mencoret gambar dengan warna jingga matahari, aku tahu bahwa semua karyaku akan menjadi melankolis. Drama kehidupan berwarna pekat di balik warna cerah kehidupan Santander yang indah dan tenang. Dapatkah mereka melihatnya betapa ini adalah wujud usaha seorang wanita untuk bertahan dari kejamnya roda kehidupan. Tergilas nasib dan tradisi, keinginan dan larapan terlupakan karena takdir tidak memilih untuk menentukan kesakitannya.
“Gambar yang indah untuk tetap bersemangat, jangan menyerah”
Seorang wanita Tua melihatnya dengan mata biru yang mulai memudar karena rabun termakan usia. Warna terang masih bisa di tangkap oleh lensa mata rapuhnya yang telah melalui berbagai macam warna kehidupan sepanjang delapan puluh tahun kehidupan.
“Terlihat sangat ceria”
Gadis delapan balas tahun mengartikan semua semangat di atas kertas itu sebagai bentuk masa mudanya yang ceria. Penuh geliat kehidupan serta harapan tentang masa depan panjang indah menunggu di jalur bebas hambatan kehidupan remajanya yang masih panjang. Meraih impian dan mengatasi kelabilan.
“Menarik dan akan laku di jual”
Pebisnis dengan jas rapi berwarna gelap memakai dasi merah tua dengan sepatu mengkilat menunjukkan dengan tangan besarnya yang telah menghasilkan jutaan dollar untuk keluarga dan perusahaannya tentang keuntungan dari coretan pensil itu. kemampuannya mendapatkan uang untuk banyak orang jelas bisa menjadi pertimbangan serius.
“Terlalu banyak warna mencolok mempengaruhi pandangan orang”
Wanita muda lulusan universitas itu berusaha melihat segala hal dari persepsi dan hipotesa karena empat tahun hidupnya habis membicarakan teori dari pakar ternama tentang hidup, walau hidup terkadang memiliki teorinya sendiri. Semangatnya untuk melihat dunia dari cakrawala baru dan sudut idealis hidup membawanya sebagai peneliti atas semua aspek di sekelilingnya, mungkin baginya kesedihan dan kebahagiaan juga memiliki teori. Walau dua sisi hidup manusia itu lebih bertindak berdasarkan kemauannya sendiri.
“Aku suka manisnya gula-gula”
Dengan kecakapan dan kehidupan yang masih di kuasai Id dan Ego, bocah taman kanak-kanak berusia lima tahun menganggap warna terang bermakna makanan walau hanya sebuah gambar dan walau itu gambar yang berbeda dengan jenis pemenuh perut lapar. Kepolosan mereka untuk melihat segala sesuatu sebagai sebuah kebahagiaan harus bisa menjadi inspirasi bahwa optimisme dan antusiasme harus menjadi bagian hidup dengan segudang masalah.
“Bu guru menyukai kebersihan”
Seorang anak sekolah dasar melihat jingga adalah sesuatu yang bermakna dengan bersih dan itulah yang di ajarkan di sekolah.
“Kau harus mengurangi kegalauanmu Nak”
Kakek tua berambut putih penuh kerut bijaksana di dahinya menatap lembut pada karyaku dan juga diriku. Bukan diriku tapi langsung pada jiwaku yang rapuh. Senyum pengertian memberiku kekuatan untuk mencoba berdiri, berjalan, dan kembali berlari pada estafet takdirku yang mulai kutinggalkan.
“Jangan pernah ragu untuk mencoba, kita pantas memberi nilai terbaik pada diri kita sendiri. Karena perempuan pantas mendapat yang terbaik”
Jelas ucapan itu terasa pas bagiku, bukan sebuah kesombongan jika itu di ucapkan seorang desainer terkenal sekaligus ibu muda bagi putra berusia tiga tahun dan suami pengusaha ternama.
Terkadang aku ingin menjadi seperti itu semua, tapi jatah hidupku dalam sandiwara dunia ini hanyalah berdiri di tempatku sekarang dan memberikan pada orang lain bentuk wajah yang lain. Hanya ingin menjadi terbaik.

*ada kalanya aku ingin menjadi orang lain*