Siapa bilang aku tidak bisa
tersenyum saat harus memunguti sisa hatiku, bagi orang lain luka mengoyak jiwa
tapi bagiku luka membunuh diriku secara perlahan, menghilangkan semua senyuman
dan mematikan nyala obor dalam nadi darahku. Mungkin aku ingin bumi terbelah
dan menelan tubuh ringkihku dalam sekali langkah, tapi bahkan cacing tanah
sepakat menolak pada dewa bumi untuk melakukan itu dan membiarkan diriku menata
kembali puzzle berwarna merah darah dengan bentuk serpihan tak bertauran itu
menjadi utuh kembali. Tanganku berlumur merah tua mengembalikan hatiku walau
menghilangkan sebagian kecil diantaranya. Terbakar dalam api cemburu
kehancuran.
Matahari berwarna jingga
mendekati malam, meninggalkan sisa sinarnya membawa tenggelam semangat
perempuan muda dengan harapan setinggi bintang. Tak ada lagi bintang dengan
sinar biru terang panas di atas sana, gravitasi menariknya begitu kuat untuk
melewati sakitnya di hancurkan lapisan atmosfer. Menyisakan sebutir kecil
sebesar kelereng berwarna hitam pekat untuk jatuh ke dasar lautan bersama
sengatan Baracuda dalam bangkai kapal karam masa lalu. Hilang bersama seluruh
kebangaan karena Raja Neptunus menginginkannya menjadi bagian kehidupan penuh
misteri lautan.
Mencoret gambar dengan warna
jingga matahari, aku tahu bahwa semua karyaku akan menjadi melankolis. Drama
kehidupan berwarna pekat di balik warna cerah kehidupan Santander yang indah
dan tenang. Dapatkah mereka melihatnya betapa ini adalah wujud usaha seorang
wanita untuk bertahan dari kejamnya roda kehidupan. Tergilas nasib dan tradisi,
keinginan dan larapan terlupakan karena takdir tidak memilih untuk menentukan
kesakitannya.
“Gambar yang indah untuk tetap
bersemangat, jangan menyerah”
Seorang wanita Tua melihatnya
dengan mata biru yang mulai memudar karena rabun termakan usia. Warna terang
masih bisa di tangkap oleh lensa mata rapuhnya yang telah melalui berbagai
macam warna kehidupan sepanjang delapan puluh tahun kehidupan.
“Terlihat sangat ceria”
Gadis delapan balas tahun
mengartikan semua semangat di atas kertas itu sebagai bentuk masa mudanya yang
ceria. Penuh geliat kehidupan serta harapan tentang masa depan panjang indah
menunggu di jalur bebas hambatan kehidupan remajanya yang masih panjang. Meraih
impian dan mengatasi kelabilan.
“Menarik dan akan laku di jual”
Pebisnis dengan jas rapi berwarna
gelap memakai dasi merah tua dengan sepatu mengkilat menunjukkan dengan tangan
besarnya yang telah menghasilkan jutaan dollar untuk keluarga dan perusahaannya
tentang keuntungan dari coretan pensil itu. kemampuannya mendapatkan uang untuk
banyak orang jelas bisa menjadi pertimbangan serius.
“Terlalu banyak warna mencolok
mempengaruhi pandangan orang”
Wanita muda lulusan universitas
itu berusaha melihat segala hal dari persepsi dan hipotesa karena empat tahun
hidupnya habis membicarakan teori dari pakar ternama tentang hidup, walau hidup
terkadang memiliki teorinya sendiri. Semangatnya untuk melihat dunia dari
cakrawala baru dan sudut idealis hidup membawanya sebagai peneliti atas semua
aspek di sekelilingnya, mungkin baginya kesedihan dan kebahagiaan juga memiliki
teori. Walau dua sisi hidup manusia itu lebih bertindak berdasarkan kemauannya
sendiri.
“Aku suka manisnya gula-gula”
Dengan kecakapan dan kehidupan
yang masih di kuasai Id dan Ego, bocah taman kanak-kanak berusia lima tahun
menganggap warna terang bermakna makanan walau hanya sebuah gambar dan walau
itu gambar yang berbeda dengan jenis pemenuh perut lapar. Kepolosan mereka
untuk melihat segala sesuatu sebagai sebuah kebahagiaan harus bisa menjadi
inspirasi bahwa optimisme dan antusiasme harus menjadi bagian hidup dengan
segudang masalah.
“Bu guru menyukai kebersihan”
Seorang anak sekolah dasar
melihat jingga adalah sesuatu yang bermakna dengan bersih dan itulah yang di
ajarkan di sekolah.
“Kau harus mengurangi kegalauanmu
Nak”
Kakek tua berambut putih penuh
kerut bijaksana di dahinya menatap lembut pada karyaku dan juga diriku. Bukan
diriku tapi langsung pada jiwaku yang rapuh. Senyum pengertian memberiku
kekuatan untuk mencoba berdiri, berjalan, dan kembali berlari pada estafet
takdirku yang mulai kutinggalkan.
“Jangan pernah ragu untuk
mencoba, kita pantas memberi nilai terbaik pada diri kita sendiri. Karena
perempuan pantas mendapat yang terbaik”
Jelas ucapan itu terasa pas
bagiku, bukan sebuah kesombongan jika itu di ucapkan seorang desainer terkenal
sekaligus ibu muda bagi putra berusia tiga tahun dan suami pengusaha ternama.
Terkadang aku ingin menjadi
seperti itu semua, tapi jatah hidupku dalam sandiwara dunia ini hanyalah
berdiri di tempatku sekarang dan memberikan pada orang lain bentuk wajah yang
lain. Hanya ingin menjadi terbaik.
*ada kalanya aku ingin menjadi
orang lain*